Sinar Iman di Sebalik Ujian

November 20th, 2007 by Abu Saif 2:21 pm

“Di mana saya nak cari kekuatan, kecuali dari yang Maha Kuat. Ustaz nampak saya kuat, tapi yang kuat adalah Dia. Saya meminjam kekuatan dengan bergantung kepada-Nya”, kata ayah seorang pesakit kepada saya.

Saya mengangguk.

“Tak ada sesiapa di kalangan kita yang mampu mengimani-Nya. Kita yang lemah dan serba tiada ini, mahu mendakwa telah berpegang dengan kebesaran Dia? Mustahil…”, sambungnya lagi.

“Itulah sebabnya Allah memanggil di dalam al-Quran, wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah (Al-Nisaa’ : 136)”, saya menambah.

“Ya… Allah suruh orang-orang yang rasa dirinya beriman untuk lihat balik, kamu beriman dengan apa… dengan siapa?”, sambung beliau.

Kami sama-sama terdiam. Allah jua yang tahu perasaan saya semasa merenung wajah anaknya yang sedang bertarung dengan ujian Allah itu. Terasa mengalir kuatnya yakin si ayah untuk mentafsirkan kesakitan anaknya sebagai suatu kebaikan.

“Apa guna kita esakan Dia? Kalau bukan untuk hancurkan kita. Hancurkan diri…”, beliau seperti bercakap dengan dirinya sendiri.

“Hancurkan ego, hancurkan rasa memiliki”, saya cuba mengemaskinikan ayatnya.

“Ya ustaz. Selagi ada dalam jiwa ini rasa memiliki, selagi itulah kita mengeluh dengan kehilangan dan kekurangan. Lupa pada apa yang diberikan-Nya. Walhal nanti kita ditempelak dengan nikmat yang diberi, bukan nikmat yang pergi. Fa bi ayyi aalaa’i rabbikuma tukadhdhibaan?“, katanya.

Air mata susah hendak ditahan. Terasa tepu dada saya menelan kata-kata yang datang dari keyakinan si bapa. Bukan ucapan pengetahuan, tetapi keyakinan. Pecah juga genang air di mata saya tetapi cuba saya sembunyikan dari pandangan si anak yang terlantar. Dia harus terus kuat untuk bertahan dan kami di sekelilingnya mesti menyokong dia agar terus kuat.

MENGUJI ILMU

Bertugas sebagai kaunselor pesakit di sebuah hospital seperti IJN, sepatutnya bukanlah sesuatu yang terlalu rumit.

Selain teknik mendekati pesakit, serba serbi pengetahuan yang telah diukur pada segulung ijazah, harus cukup untuk membolehkan saya bekerja. Bukannya pesakit meminta takhrij hadith, atau khilaf ulama’ dalam nasihat kita.

Tetapi saya sedar, semakin dalam saya tersedut masuk ke dunia pesakit dan ahli keluarganya, terasa kosong apa yang saya pelajari selama ini. Terasa bodoh dan dungu berdiri di depan pesakit dan keluarganya, biar pun mereka itu hanya buruh kasar, pemandu lori atau seorang yang tidak punya apa-apa status sosial.

Mengapa tidak?

Sesungguhnya pengalaman bersama pesakit, memahamkan saya bahawa kekuatan yang diperlukan untuk mendepani ujian, bukan datang dari himpunan pengetahuan dan fakta-fakta ilmiah. Semua itu tidak berharga jika ia tidak menyuluh jalan untuk seorang hamba yang sedang diuji, menyampaikan tangisannya kepada Dia.

“Tak salah ustaz. Saya tak marah isteri saya menangis. Tetapi pesan saya kepadanya supaya jangan hanya menangis. Menangislah sampai dapat meyakini Dia. Sebagaimana ketawa jangan sampaikan lupakan Dia. Jika dengan ujian seperti ini masih tidak mampu yakin pada-Nya, itulah yang patut ditangisi”, amat dalam kata-kata si ayah.

Saya seperti mahu tersepuk di tepi katil. Sayalah yang ‘bodoh’ dan jahil di hadapan situasi ini.Mengangguk lemah…

AGAMA DAN TUHAN

Kadang-kadang tanpa kita sedar, kita bermain-main dengan ilmu agama. Kita sibuk menelaah hukum. Kita terasa bijak dapat menyelesaikan khilaf ulama. Tetapi kita lupa, untuk apa semua itu? Untuk apa agama ini?

Ilmiah, ilmiah, nota kaki, nota kaki… ke mana semua lambakan itu dalam soal membina yakin kita? Keyakinan yang menjadi tali penghubung antara realiti sepahit ini dengan hakikat Dia yang Maha Tinggi?

Sesungguhnya saya merenung balik ke belakang. Melihat sejarah manusia, sejarah diri sendiri…

Kerana rosaknya agama Kristian, ramai orang Eropah yang berTuhan tanpa agama. Terus yakin pada Dia tetapi hilang arah kerana rosaknya agama untuk berhubung dengan-Nya.

Tetapi jauh di dalam masyarakat kita, agama Islam kita rosak, hingga ramai orang kita yang beragama tanpa Tuhan! Kerana terperangkap di dalam ritual dan proses agama, kita gagal sampai kepada-Nya.

Kita menyembah ‘agama’, bukan lagi Tuhan, bukannya Dia.

Kerana itu kita banyak berbalah, berkeluh kesah dan memberontak… kerana lupa kita hamba dan Dia segalanya. Kita kelihatannya seperti sangat beragama dek pengetahuan, tetapi apabila direnung pada kelakuan, keyakinan dan pegangan diri dalam kehidupan, kita seperti hidup tidak berTuhan.

Kita beragama, tetapi dalam beragamanya kita itu, kita miskin dari hakikat Dia. Tidak terserlah kehambaan diri, tidak terlihat kebesaran si Dia.

Saya beredar dari wad dengan air mata yang gagal berhenti…. bahawa dalam kesakitan itulah terbentangnya kesejahteraan iman.

Siapakah sebenarnya yang sakit?

Mereka yang terlantar itu atau diriku yang berdiri di sini?

Ya Allah, sembuhkanlah tubuh mereka yang sakit, sembuhkanlah iman si kami yang sihat ini… Ameen!

ABU SAIF @ www.saifulislam.com

Using the Pain Scale: How to Talk About Pain

By R. Morgan Griffin
WebMD Feature

Reviewed by Brunilda Nazario, MD

One of the hardest things about chronic pain is that only you know how bad the pain feels. There's no blood test that can show much you're suffering. There's often no outward sign, like a bandage or a cast. There's just the pain.

"Pain is always personal," says F. Michael Ferrante, MD, director of the UCLA Pain Management Center in Los Angeles. "It's invisible to other people looking at you -- and that can lead to a lot mistrust and difficulties in relationships."

Whether you have low back pain, or migraines, or nerve pain, people might not understand or believe what you're going through. That suspicion might not only be shared by your in-laws or your boss, but even your doctor -- and that can have serious repercussions, preventing you from getting the pain treatment you need.

To get good control of your chronic pain -- and your life -- it's not enough to tell your doctor it hurts. You need to learn how to talk about pain: how it feels, how it rates on a pain scale, and how the pain affects you.

What Is a Pain Scale?

Everyone feels pain differently. Some people have conditions that should cause great pain, but don’t. Others have no sign of a physical problem, but are in great pain. Your level of chronic pain can’t be assessed in a scientific test or screening.

To help compensate for this problem, many doctors rely on pain scales to get a more concrete sense of a person's pain. You might have seen a pain scale in your doctor's office before. One common type shows a series of numbered cartoon faces moving from 0 (smiling and pain-free) to 10 (weeping in agony.) A doctor would ask a person in pain which face matched up with what they were feeling.

They might seem simple. But pain scales have a lot of good research behind them, says Steven P. Cohen, MD, associate professor in the division of pain medicine at Johns Hopkins School of Medicine in Baltimore. As chronic pain has shifted from being seen as a mere symptom to a serious condition in itself, pain scales have caught on as a tool to evaluate and monitor pain. While they're helpful for anyone in pain, they're crucial for some.

"Pain scales are especially important for people who might have trouble communicating clearly," says Cohen. That could include children and people with cognitive impairments.

Using the Pain Scale

Of course, one inherent problem with using a pain scale is that it's still subjective. A stoic person might describe their pain as a 2 on the pain scale, while another person would describe the same pain as a 6.

For a doctor to get a good sense of your chronic pain, just pointing to a single face or number isn't enough. Your doctor will need some context, says Seddon R. Savage, MD, incoming president of the American Pain Society and an adjunct associate professor of anesthesiology at Dartmouth Medical School in Hanover, N.H.

"I ask people to remember the worst pain they've ever experienced in their lives," Savage tells WebMD. "It might be a kidney stone or childbirth. That level of pain becomes the benchmark to which we compare the current pain."

She then tells people to evaluate their pain over the last week and asks them to assign a number to their pain at its most severe, its least severe, and its typical level.

"I also ask people to show me on the pain scale what an acceptable level would be," Savage says. "The fact is that we probably can't bring chronic pain down to zero. But we can aim for a level that still allows you a good quality of life."

Pain scales are especially helpful as a way to monitor pain over time, Cohen says. By using the same scale consistently with the same person, a doctor will get a good sense of how your pain is progressing and how well your treatments are working.

Describing Your Chronic Pain

Your doctor needs to know not just how much the pain hurts, but how the pain hurts, says Savage.

The kind of pain you're feeling can say a lot about the cause, experts say. Cohen says that pain that's caused by tissue injury -- like arthritis or a back injured while shoveling snow -- tends to be like a dull ache.

But nerve pain, which could be caused by many conditions, ranging from diabetes to sciatica, typically causes a more distinctive shooting pain. Others describe it as burning, buzzing, or electrical pain. Nerve pain is also associated with other sensations that aren't painful in themselves, like tingling or numbness, Cohen says.

Savage says that it's also important to discuss any variations in your pain. How does it change during the day? What makes it hurt more? What makes it hurt less?

When you see a pain expert, go in prepared. Be ready to describe your chronic pain, as specifically as you can, along with details about when the pain started. The more information you have, the easier it will be for your doctor to help treat your pain.

How Does Your Chronic Pain Affect You?

Beyond the severity and the type of chronic pain, there's a third factor you need to discuss. "It's really important to talk to your doctor about how your pain affects your life," says Savage. It's a crucial and often overlooked detail.

When a person comes into a doctor's office complaining of chronic pain, many doctors focus only on the cause. Obviously, treating any underlying condition or disease is important. But your doctor also needs to focus on the symptom that brought you into the office: pain.

Savage says that you should think about the specific ways your chronic pain is affecting you. Does pain wake you up at night? Has chronic pain made you change your habits? Do you no longer go on walks because the pain is too severe? Has it affected your performance on the job -- maybe even putting your ability to work in jeopardy?

Giving specifics about how your chronic pain is impinging on your life and changing your behavior is key, Savage says. "It helps your doctor understand how much you're suffering and appreciate the pain as a problem that needs treatment," she tells WebMD.

Getting the Right Chronic Pain Treatment

Often, chronic pain is really more than just pain; it's a constellation of related symptoms and conditions. You might need treatment not only for the pain, but for the underlying cause. You might also need treatment for other problems that developed as a result of your pain -- sleep problems, depression, anxiety, or secondary pain.

"Treating chronic pain is not as simple as taking a single medication," Savage says. "It's more of an ongoing process." To control pain, it often takes a number of different experts working together. That could include your GP, a pain specialist, a physical therapist, a psychologist or psychiatrist, other specialists -- and you.

"The patient is really the most important member of the team," Savage says. While doctors can offer possible treatments for your chronic pain, only you can tell how well they're working.

"Patients who have the 'fix me, Doc' idea tend to do poorly," says Ferrante. Instead, you need to take an active role in your medical care. Be ready to talk about your chronic pain and how it affects you -- and be prepared to advocate for yourself, even in the face of doubt.

"You can't listen to the people who doubt the pain you're feeling," Ferrante tells WebMD. "You can't give in to their negativity. You must have faith in yourself and keep trying to get the right treatment

....speechless....

bismillah...
sekarang pukul 2 pagi..rumet dah tido, saya masih lagi berusaha utk berjaga, Alhamdulillah..hari ini Allah bagi kekuatan untuk bertahan selama ini, walaupun kadang2 terpaksa berdiri sekejap untuk kurangkan tekanan dan kesakitan pada tulang belakang...

Walaupun sebenarnya hari ni memaksa diri untuk makan arcoxia 120mg+panadol+acustop patch..penuh dengan ubat tahan sakit..ya Allah jangan Kau hukum aku andai aku dihitung sebagai menzalimi diri sendiri, tunjukkan padaku jalannya dengan cara paling baik, bagi aku kefahaman dalam agama dengan cara paling Engkau redhai ya Allah...

Paper berderet 5 hari..stress?? memang stress, ^_^ cuma masih berfikir dan terus berfikir..memanfaatkan seluruh ruang dan tenaga untuk terus bertahan..taktahu la...cepat sungguh rasanya tergugat bila disuruh melawan sakit melalui kaedah 'psikologi'...

tertanya2 pada diri sendiri, adakah terlalu mengikut rasa sakit? Adakah terlalu bertoleransi dengan kesakitan? tak tahu..jawapannya tidak tahu, hakikatnya terasa macam dah letakkan sepenuh kekuatan melawan..ya Allah tunjukkan aku ya Allah....

Di saat exam makin dekat, dengan masa yang terhad dan kemampuan yang terhad..mujahadah yang sangat tinggi diperlukan, jangan memandang pada kelemahan kita, kemudian di situ kita akan terbatas..tapi adaptasi dengan setiap keadaan semampu yang boleh..jangan sempitkan minda, jangan harapkan sesuatu yang tak mampu kita lakukan..pasti Allah akan mudahkan jalan2Nya....

bunga2 disebalik duri ^_^

bismillah

Selesai menjawab 2 test dan siap 1 assignment, not the primrose path ~
very tough, kdg2 tgh study, sakit..kepala tibe2 jadi pening..leher dan pinggang tibe2 sakit..kaki kebas..dan mcm2 lagi kasih sayang Allah tunjukkan..supaya hambaNya yang satu ini tahu siapa dirinya, namun kdgkala disebalik kesakitan tu, kita terlupa mengucapkan Alhamdulillah..terlupa bersyukur dan bergembira disebalik dosa2 yang bergugur hasil dari kesabaran itu..masakan Allah sengaja membiarkan kita kesakitan...

Disebalik jalan-jalan berliku menghabiskan degree yang pertama ni, ada banyak bunga2 yang Allah turunkan..bunga2 an yang tdkmungkin kita dapat tanpa ujian ini..pertolongan yang Allah hantarkan kepada hati2 makhlukNya bernama manusia..

Selalu kita memandang kepada kesenangan dan kemudahan, selalu kita meminta kekuatan dan kedekatan dengan Allah, tapi Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana. kekuatan yang dipinta dikurniakan ujian yang akan melahirkan kekuatan bersandarkanNya..

Terima kasih pada mak, abah yang tidak pernah jemu memberi semangat, berdiri teguh disisi anak yang satu ini, Terima kasih pada abang2 yang sentiasa berkorban menghantar ke hospital tanpa sedikit pun rungutan dan tanpa meminta balasan, moga Allah menerima pengorbanan itu dan membalas dengan sebaik2 balasan..

Terima kasih pada sahabat2 yang sentiasa menghulurkan bantuan, sokongan yang tidak pernah putus..moga Allah meneguhkan kalian dan memberi sebaik2 balasan..

Pensyarah2 yang memahami,memberi ruang utk saya bernafas dan belajar di sebalik banyak kuliah2 yang tertinggal..perjalanan ini terlalu jauh lagi..^_^

Saya mohon pada Allah dengan sebenar2 permohonan supaya Allah melindungi dan memberikan kalian dengan sebaik2 jalan menujuNya..amien....

KESENANGAN DAN KESULITAN=UJIAN

Bismillahirrahmannirrahim…

Alhamdulillah, di tengah2 kesibukan dan kesenangan Allah masih lagi memberi kesempatan dan peluang untuk bermuhasabah diri. Diri yang terlalu kerdil, terlalu jauh dan sentiasa lupa..sejauh manakah kesyukuran ketika kita diuji dan kesenangan??

Kesenangan dan nikmat adalah satu ujian. Benar sama sekali..di tengah2 kesenangan dan keselesaan kita tidak ada parameter untuk mengukur kesyukuran, kita tidak ada parameter untuk mengukur hakikat kehambaan kita,hakikat kesyukuran yang selama ini menjadi teori. Kadangkala kita rasa kita sudah menjadi hamba yang bersyukur, bersykurkah kita?? Redhakah kita?? Ibadah2 kita sebagai kehambaan pada Allah atau rutinitas??

Tanpa kita sedar sebenarnya kita 'selesa' dengan apa yang ada. Tanpa sebarang masalah besar, kita beribadah dengan tenang..kita melakukan segala-galanya dengan sempurna. Hanya sesekali, ujian2 kecil melanda, namun tidak lama..ibarat ombak yang sesekali memukul pantai. Akhirnya kita hanyut dengan keyakinan diri sendiri. Astaghfirullah…Maha Suci Allah, ketika itu ujian diturunkan, untuk mengingatkan hambaNya..betapa penyayang dan pengasihnya Allah itu hingga kita yang seringkali lupa kemudian dipanggil semula agar tidak terus hanyut… Benarlah hakikatnya ujian kesusahan,masalah2 yang menggelisahkan hati kita secara manusiawinya adalah parameter sebenar semua teori2 yang sentiasa bermain di bibir kita. Teori kesyukuran, kehambaan, keredhaan..Kita hanya akan tahu sejauh mana keimanan yang tersembunyi dalam jiwa kita apabila turunnya ujian pada kita..

Di sinilah letaknya hikmah dalam setiap ujian, output yang terhasil ketika kita benar2 diuji menggambarkan apa yang sebenarnya ter'sembunyi' dalam jiwa kita. Input yang di ada itulah yang akan mengghasilkan outputnya. Umpama membuat kek coklat yang sedap, memerlukan ingredients2 yang sepatutnya. Kurangnya satu bahan akan menghasilkan rasa kek yang tidak sempurna. Itulah analogi diri kita. Sikap tidak berlapang dada, resah dan gelisah ketika diuji cukup untuk menggambarkan betapa tipisnya iman betapa gersangnya takwa dalam jiwa. Keyakinan kita pada pertolongan dan kuasa Allah benar2 teruji di saat kita dalam kesusahan, kita sebenarnya tidak punya kuasa untuk mengawal setiap yang berlaku di sekeliling kita..walaupun diri kita sendiri.

Ketika ujian tiba, ketika itu masa untuk bermuhasabah antara kita dan Allah, hanya antara kita dan Allah tanpa sesiapapun yang dapat mengukur. Jujurlah dalam muhasabah diri kita. Apakah perasaan dan apakah yang terbit dalam jiwa kita di saat kita diuji dengan kesusahan? Kehambaan yang sebenarnya pada Allah akan menghasilkan output yang sepatutnya. Kita layak di uji kerana diri kita bukan milik kita…ketika ini, kita diuji sejauh mana keyakinan kita pada Allah, sejauh mana keyakinan kita pada segalanya milik Allah, sejauh mana pula tingkat kehambaan yang selama ini kita ulang dalam solat dan sejauh mana juga kesungguhan permohonan doa yang kita ungkapkan ketika berdoa??

Keyakinan pada Allah akan menghasilkan persediaan untuk diuji, keyakinan dan pengharapan yang sebenarnya pada kuasa Allah…bersyukurlah saat kita diuji! wallahu'alam..